Sunday, July 10, 2011

Rose and the Pirates of Dimensia (part 5)

“Bolehkah aku membacanya?” tanya Natasha. “Silahkan saja. Toh itu bukan bukuku,” jawabku. Natasha mengambil buku ilmu hitam tersebut. “Tebal juga bukunya,” komentarnya. Ia mulai membuka halaman pertama.
“Cara menjadi penyihir hitam…..bla bla bla……penyihir hitam dapat menyihir orang….bla bla bla…..mereka juga dapat membuat ramuan……bla bla bla…..penyihir hitam ada banyak…..salah satunya adalah Mystique Brown…..bla bla bla…..,” Natasha membaca keras-keras setiap tulisan yang ada di buku itu, termasuk tulisan yang ada di pakaian para penyihir hitam tersebut. Walaupn begitu, ia hanya membutuhkan waktu ½ jam untuk membaca buku setebal itu! Keren sekali! Aku takjub akan kehebatan Natasha. Padahal, dulu ia tidak seperti itu, lho.
“Bukunya seru, lho! Mau baca, Rose?” tawar Natasha. “Sepertinya aku akan butuh waktu bertahun-tahun membaca buku itu agar bisa sejahat Arnold,” jawabku sambil menggelengkan kepala. “Tidak, terimakasih.” Natasha mengerdipkan mata. Itu artinya ia punya ide.
“Kita bawa saja buku ini! Dengan begitu, kita dapat melawan Arnold yang jelek!” usul Natasha. “Ide bagus! Sekarang, ayo kita kabur dari sini,” ujarku. “Tapi bagaimana?” tanya Natasha. Berputarlah mengelilingi meja makan ini, lalu kita akan sampai di kubah emas,” jawabku. “Ayo mulai!” Kami berputar-putar mengelilingi meja makan.
“Wah, kita benar-benar sampai di sini!” kata Natasha takjub. “Keren banget!” Aku mengangguk. “Aku juga tidak tahu. Harusnya kita tanya saja pada Arnold,” kataku. Kami berjalan di jalan setapak yang berada di samping kubah emas. “Natasha, kok kamu nggak dikurung?” tanyaku. “Sebenarnya, Rose, aku diajak makan malam oleh Arnold. Tapi, aku tidak lapar, karena yang disediakan bukan pisang bakar. Huh!” jawab Natasha. Aku tertawa. “Menurutmu, mengapa ia tidak mengajakku?” tanyaku lagi. “Mungkin ia dendam kepadamu. Aku juga tidak tahu,” ujar Natasha.
Akan tetapi, di tengah jalan, kami bertemu dengan seorang berpakaian ninja. “Apakah kamu orang yang dikurung dan minta tolong?” tanya orang itu sambil menunjukku. “Iya. Memangnya kenapa?” balasku bertanya. “Aku adalah penolongmu. Dan sejujurnya, namaku Li,” kata orang itu sambil membuka penutup kepalanya. “Terimakasih, Li. Ngomong-ngomong, bisakah kamu membantu kami kabur?” tanyaku. Li menghela napas, lalu berkata,
“Sebenarnya, aku ingin menolong kalian dan membebaskan diri dari sini, karena aku tidak suka menjadi ‘ninja’ gadungan. Tapi karena aku butuh uang untuk menghidupi diri sendiri, maka aku rela kerja di sini, dengan bos yang menyedihkan, seperti yang kalian tahu.” Aku dan Natasha mengangguk mengerti. “Kalau begitu, mengapa kamu tidak ikut kami saja?” tawar Natasha. “Baiklah.” Kata Li. “Terimakasih, ehm, siapa nama kalian?” “Aku Rose Worthingale, dan dia Natasha Thornton,” jawabku. “Terimakasih, Rose dan Natasha! Aku akan menunjukkan kalian jalan keluar yang paling cepat!” Li memimpin kami.
Ternyata, Li membawa kami menuju tempat “parkir” kapal. “Naiklah kapalku,” kata Li menunjuk kapal berwarna putih. “Bagus sekali kapalmu,” pujiku. “Terimakasih!” ujar Li. Aku mengangguk. Kami bersiap-siap melompat ke kapal Li, tapi ada seseorang yang datang. “Sembunyi!” bisik Li. Aku dan Natasha bersembunyi di dalam sebuah kapal yang jauh dari kapal Li.
“Li! Apa yang kamu lakukan?” tanya sebuah suara. Jelas. Suara Arnold. “Tidak, tidak apa-apa,” jawab Li, ketakutan. “Jadi, apa yang kamu lakukan di tempat parkir kapal?” tanya Arnold lagi. “Saya hanya ingin memeriksa kapal saya. Saya tidak berencana untuk kabur,” kata Li.
“Kasihan Li! Aku akan mengutuk Arnold!” ujar Natasha kesal. “Jangan, Nat!” bisikku. “Aku tidak peduli! Sini….kucari dulu mantra yang cocok….ini dia!” Natasha berlari dari tempat persembunyiannya. “Aku akan segera kembali!” serunya lagi. Aduh, Natasha. Aku tak ingin kamu ditangkap oleh Arnold yang tidak punya hati, seperti tokoh operet yang pernah aku tonton. Maafkan aku telah membawamu ke duniaku yang aneh. Natasha, aku menyayangimu. “Natasha, aku akan menyusulmu!” Aku berlari secepat cahaya untuk menyusul Natasha.
Ternyata Natasha sedang mengutuk-ngutuk Arnold dengan mantra yang (sayangnya) tidak berhasil. “Jadius Kodokus! Makanus Tinjanus! Matius! Dodoliprus!” teriaknya lantang. “Natasha! Kamu ngapain?!” tanyaku kebingungan. “Ugh, Rose! Tolong aku!” serunya. “Baiklah,” kataku. Lalu aku bergaya seperti orang mau berkelahi.
“DENGAN KEKUATAN BULAN, AKU AKAN MENYERANGMU!!! HIYAAAAAAAAAA!!!” Aku menirukan tokoh kartun kesukaan kakakku, Sailor Moon, lalu aku berlari ke arah Arnold dan menggebukinya. “Bagus sekali, Rose!” kata Natasha. “DENGAN KEKUATAN NATASHA THORNTON, KAU AKAN HANCUR, ARNOLD HANGUS!” Natasha ikut menyerang Arnold. Sekarang, Arnold tak akan bisa apa-apa, karena kekuatan persahabatan aku, Rose dan Natasha! Friendship rocks!
Setelah Arnold babak belur, aku dan Natasha berhenti menyerangnya. “Sekarang mau apa, Tuan Nol? Mwahahahahahahahaha! Impas! Kualat!” aku tertawa. Arnold mengerang kesakitan. “Oh, kasihan sekali si Anak Mami! Cup cup cup, Mami ada di sini!” ejek Natasha. Li ikut tertawa. Tawanya sangat keras.
“Oh ya?” kata Arnold. Tiba-tiba ia tidak terlihat babak belur lagi. “Oh tidak! Aku ingat, penyihir hitam kan punya kekuatan untuk menyembuhkan dirinya sendiri! Tidaaaaak!” teriak Natasha. “Rose, Natasha, aku punya satu cara untuk melawan Arnold!” bisik Li. “Apa itu?” tanya kami serempak. “LARI!!!!” Aku, Natasha, dan Li lari. Arnold mengejar kami.
Apakah Rose, Natasha, dan Li dapat lolos dari kejaran Arnold? Apakah kalian ingin tahu profil Rose dan teman-teman? Apakah ada manusia bermata kuning? (canda)
Tunggu saja!

No comments:

Post a Comment