Saturday, July 9, 2011

Rose and the Pirates of Dimensia (part 4)

“Oh ya? Aku tidak percaya! Jadi kau bekerja sebagai apa?” tanya Natasha. “Mungkin ia bekerja sebagai budak!” ledekku. Aku dan Natasha tertawa lagi. “Diam!” kata Arnold. Tapi kami tidak diam. “Tua, tua, tua bangka! Tua, tua, tua bangka! Terkenalnya sementara doang! Kamu kocak deh!” seruku. “Untung saja sekarang aku hanya suka Maikel Jeksen! Meskipun menurutku mata biru dan rambut pirang itu keren…,” “Maksudnya aku? Makasih, Rose!” Natasha kegeeran. “Ih, jangan kegeeran deh, Nat!” umpatku. “Hehehe…,” Natasha nyengir.
“Ngomong-ngomong, kita mau ke mana, Nol?” goda Natasha. “Ke mana aja boleh,” jawab Arnold singkat. “Baiklah, kalau begitu, bawalah kami ke dunia antah berantah!” perintahku. “Sudahlah Rose Worthingale, biarkan saja Tuan Nol membawa kita ke ‘mana aja boleh’!” hibur Natasha, terkikik geli. “Baiklah.” Aku bertopang dagu (hanya satu tangan yang diborgol).
“Sekarang jam berapa, Tuan Nol?” tanyaku. “Jam berapa, ya? Kasih tahu, nggak ya?” jawab Arnold. Wah, ia membalas! Aku kicep. “Hahaha, kehabisan kata-kata, ya? Hahahahahahahahahahahaha!” sekarang Arnold yang tertawa. “Tidak. Aku hanya mau diam saja,” aku berbohong. “Kau berbohong!” elak Arnold. Serius, semuanya berjalan dengan aneh. “Aku ingat kamu! Aku pernah menangkapmu, dan sekarang aku menangkapmu lagi! Bersama temanmu!” tiba-tiba Arnold berseru. “Aku pernah ditangkap sama orang kayak kamu? Maaf, ya! Aku nggak level sama orang dodol!” ejek Natasha.



Entah di mana aku sekarang. Kurasa aku sudah tidak di kapal Arnold lagi. Hal yang terakhir aku ingat adalah aku tertidur dalam perjalanan menuju ‘mana aja boleh’. Tapi siapa yang menaruhku di tempat gelap dan kotor ini? Dan, di manakah Natasha?
Aku berusaha mengeluarkan diri dari tempat ini, tapi sia-sia. Tempat ini sangat sempit. Aku berteriak minta tolong. “Keluarkan aku dari sini! Tolong aku!” Aku terus berteriak seperti itu, tapi tak ada yang mendengar. Aku mulai menangis. “Ya Tuhan….bebaskan aku dari penderitaan ini…,” isakku. “Aku bosan berada di sini!”
Tiba-tiba dinding terbelah menjadi dua. Seseorang menarikku. “Aku akan membebaskanmu! Cepat, ikut aku!” kata orang itu. “Baiklah,” Aku mengikuti orang itu sampai di sebuah kubah emas. “Terimakasih telah menolongku. Ngomong-ngomong, siapa kamu?” Orang itu, yang berpakaian seperti ninja (kayak si Arnold tadi) tidak menjawab, lalu langsung kabur.
“Sepertinya ini adalah tempat persembunyian Arnold,” gumamku. “Sekarang aku tinggal mencarinya dan Natasha. Tapi aku bingung, mengapa semua orang memakai pakaian seperti ninja? Apakah mereka ingin menjadi Ninja Hatori, tokoh kartun kesukaan adikku?” Aku berjalan memutari kubah itu.
Tiba-tiba saja, saat aku berhenti berputar, aku berada di depan sebuah rak buku! “Apakah ini perpustakaan?” tanyaku. Di depanku juga ada sebuah buku. Judulnya Ilmu Sihir Hitam. “Buku apa ini?” Aku penasaran, lalu mulai membacanya. “Hmm....ada Daftar Penyihir Hitam Masa Kini! Aku lihat, ah,” aku meneliti bagian itu.
Di bagian itu, Daftar Penyihir Hitam Masa Kini, terdapat foto-foto. Aku terus membuka lembaran-lembaran buku tersebut. Setiap aku membuka lembaran, fotonya bertambah. Lalu aku melihat foto yang familiar. Tentu saja. Itu adalah foto Arnold. “Arnold adalah penyihir hitam?! Pantas saja dia dapat menyihirku menjadi kuda poni!” seruku terkejut. Lalu, aku melihat informasi di bawah foto Arnold.
Salah satu penyihir paling jahat sepanjang masa. Sebenarnya, dia adalah orang baik. Mulai belajar ilmu hitam tahun 1994. Memiliki ilmu untuk bereinkarnasi. Dulu, akrab dengan penjual popcorn nomor 1 di dunia, Maikel Jeksen.
“Oh,” ujarku. Tapi aku melihat salah satu kalimat. “Memiliki ilmu untuk bereinkarnasi? Bereinkarnasi?! Ampun, deh! Buku ini pasti sangat dahsyat, dapat membuat anak innocent begitu menjadi penyihir kejam! Aaaaaaaaaaaaaaaaah!” Aku berteriak-teriak. Tanpa sadar, aku berjalan memutari rak buku tadi.
Dan lagi, ketika aku berhenti berputar, aku sudah berada di tempat lain. Di depanku, ada sebuah meja makan besar berwarna coklat. Kemudian, ada seorang anak. Anak itu tak lain adalah Natasha. “Hei, Rose!” panggilnya. “Sini!” Aku menghampiri Natasha.
“Bukankah kamu dikurung?” tanya Natasha. “Bagaimana kamu bisa lolos?” Aku menjawab. “Aku dibebaskan oleh seseorang berbaju ninja, seperti Tuan Nol tadi. Lalu aku sampai di perpustakaan, dan aku ke sini,” “Kalau buku itu?” Natasha menunjuk buku yang kupegang. “Eh…buku apa ini? Lho, kok , tiba-tiba ada di tanganku? Serem!” aku melempar buku itu ke lantai. “Padahal tadi aku nggak bawa, lho.”
“Emangnya itu buku tentang apa, sih? Nanya nggak dijawab!” desak Natasha. “Itu buku tentang….ilmu hitam,” jawabku bergidik ngeri. “Entah mengapa, tiba-tiba buku itu berpindah ke tanganku.” Natasha mengangguk mengerti.
Apa Natasha tertarik membaca buku ilmu hitam tersebut? Dimanakah Arnold? Siapakah penulis cerita ini?
Semua terjawab di bagian selanjutnya, saudara-saudara!

No comments:

Post a Comment