Friday, July 8, 2011

Rose and the Pirates of Dimensia (part 3)

Aku memandang Natasha tajam. “Aku lupa,” bisiknya sambil nyengir. “Jadi, kita akan makan apa, Kapten Andres?” tanyaku lagi. “Maafkan aku, tapi kami hanya punya nasi putih,” ujar Kapten Andres lesu. “Aaaah, nggak seru nih, si Kapten!” protes Natasha. “Sudahlah, Natasha. Aku baru ingat kalau aku menaruh sebungkus biskuit di kantung celanaku. Ambillah,” Aku menyerahkan biskuit kepada Natasha. “Makasih!” Ia langsung melahapnya. Sekarang lenyap sudah makananku.
“Tidak apa-apa, Nona Muda. Aku juga punya kue wortel untukmu,” hibur Kapten Andres. “Kalian berdua tak usah makan nasi.” “Tapi itu tidak adil!” sahut seorang teman Kapten Andres. Tiba-tiba Natasha naik ke atas meja makan (nggak sopan banget, ckckck -_-“).
“Saudaraku sekalian, aku akan menunjukkan kalian tarianku yang paling keren. Tapi, aku butuh radio kalian dulu,” ujarnya. Bob memberikan sebuah radio usang. “Terimakasih. Nah, sekarang perhatikan dan pelajari,” Natasha mengeluarkan sebuah kaset, memasukkannya ke dalam radio, mengatur ini-itu, dan lain-lain. Ia naik lagi ke atas meja makan.
Musik mulai terdengar. Sepertinya aku pernah mendengar lagu ini. Tapi aku tak mengerti bahasanya. Lagu apa, ya? Aku mengernyitkan dahi.
Natasha mulai menari. Tariannya itu seperti tarian dari negeri Taj Mahal, India. APA? Natasha bisa menari India? Aku kebingungan. Lalu ia mulai menyanyi-nyanyi. “Bole chudiyan….,” suaranya yang merdu melantunkan lirik berbahasa aneh.
Ternyata, Natasha suka lagu-lagu India! Ia sedang menari-nari dengan lagu Bole Chudiyan! Lagu itu ada di sebuah film India zaman dulu, tapi aku lupa judul dan tahun filmnya. Paling-paling yang aku tahu judul dan filmnya adalah film-film kesukaanku dulu, tapi sekarang saja melihat pemainnya mau muntah.
“Ayo, Rose! Ikutlah menari bersamaku! Ini lagu India paling keren sejagat! Tapi yang paling keren itu si Shahrukh Khan! Dia ganteng banget!” seru Natasha. APA? Natasha yang keren dan cantik itu sukanya Shahrukh Khan? Aku tidak habis pikir. Dunia ini memang aneh.
Maka terpaksa saja aku ikut menari, dengan gerakan aneh. Kapten Andres dan teman-temannya ikut menari dan bersorak sorai. Tarian mereka kocak-kocak. “Lecha lecha…..lecha lecha…..,” Natasha menyanyi-nyanyi. Musik bertambah cepat. Ia menghentak-hentakkan kaki. Kami semua menari-nari dengan sangat dahsyat.
Hingga pada saat terakhir, Natasha bergaya sok anggun sambil memeluk-melukku. Semua bertepuk tangan, termasuk aku. “Keren banget, Nat!” seruku girang. “Kami langsung kenyang mendengar nyanyian dan tarianmu!” ujar Charles dan Bob. “Terimakasih, terimakasih,” Natasha membungkukkan badan. Kami memberinya standing ovation.

BRAAAK! Pintu ruang makan didobrak. Seseorang yang berpakaian mirip ninja masuk sambil membawa shuriken dan pedang. “Angkat tangan, kalian semua! Kalau tidak, aku akan membunuhmu!” serunya dengan suara bapak-bapak (penting banget, ya?). Semua mengangkat tangan dengan ketakutan. “Dia datang,” bisik Kapten Andres. Natasha malah mengacungkan jarinya, lalu maju ke depan tanpa disuruh.
“Jangan ngerusak suasana, dong! Orang lagi joget-joget pakai lagu India! Kalau begitu, kau harus ikut menari denganku!” Natasha menarik tangan orang berpakaian ninja tersebut. Saat itu, lagu yang terputar adalah lagu Chaiyya Chaiyya. Natasha mulai menari lagi, namun dengan gerakan yang berbeda. “Akulah Natasha Thornton dengan tariannya yang keren!” serunya. Kami semua, yang ketakutan, jadi terhibur. Kami ikut menari. Si ninja itu tetap diam. Ia malah ditarik tangannya oleh Natasha, lalu mulai menari waltz. Ternyata Natasha banyak akalnya, ya? Penjahat aja diajak joget. Dasar Natasha!
Tapi akhirnya si ninja tidak lengah. Ia malah merampas tanganku dan Natasha, lalu memborgol kami. “Jangan mereka! Nanti kami kelaparan tanpa anak pirang itu!” seru Kapten Andres dan teman-temannya. Namun si ninja diam saja. Ia membawa pergi aku dan Natasha. “Tolong!” teriak Natasha. Kami dibawa menjauh dari ruang makan. “Mau dibawa kemana kita?” tanyaku. Ninja tersebut diam saja. Ia meloncat ke kapalnya, tetap membawa kami. Jago sekali dia. Sesampainya di dalam kapal, si ninja meletakkan kami di belakang kemudi kapalnya. Kemudian, ia membuka penutup kepala. Ternyata, dia adalah….
“Arnold!” seru aku dan Natasha serempak. “Memang. Terus kenapa?” tanya ninja tadi dengan ketus. “Tidak apa-apa,” jawabku. “Kenapa, sih, nangkap kita? Kenal aja nggak!” kata Natasha. “Hmmm. Natasha. Sudah berubah,” sindir Arnold. “Ih, SKSD banget! Emang kamu siapa, sih?” sahutku sambil merangkul bahu Natasha. “Kurasa kalian berdua sudah mengatakannya kepada ‘ayah’ku,” ia mengerdipkan mata. Ih!
“Oh. Jadi benar dugaanku,” kata Natasha. “Wah! Aku keren! Aku bisa tahu kalau celana dalammu biru!” “Ssssh!” tegurku sambil menyikut lengannya. “Iya, iya!” bisiknya. “Diam kalian, anak-anak aneh!” kata Arnold dengan kasar. “Kalian membuyarkan konsentrasiku.”
“Iya deh, yang udah tua! Iya deh, yang udah pensiun! Iya deh, yang udah dewasa!” ejekku dan Natasha. “APA?! Aku belum pensiun!” elak Arnold. Aku dan Natasha tertawa tergelak-gelak.

Apakah Rose dan Natasha akan terus mengejek Arnold? Akan dibawa kemanakah mereka berdua? Apakah ada orang yang akan menyelamatkan mereka?
Semua terjawab di bagian selanjutnya.

No comments:

Post a Comment