Saturday, June 4, 2011

Rose and the Pirates of Dimensia (part 1)

Liburan ini adalah liburan kenaikan kelas yang sangat,sangat membosankan. Aku dan Natasha (yang sedang menginap di rumahku selama liburan ini) sedang jenuh. Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan. Curhat, sudah. Memasak, sudah. Menonton film orang yang aku benci, sudah. Perang bantal, sudah. Apa lagi yang harus kami lakukan?
Aku jadi teringat pengalamanku saat bertemu dengan raja Huahahi dan Maikel Jeksen. Saat itu, aku juga bertemu dengan sahabat sejatiku, Natasha. Sekarang, Maikel Jeksen sudah tak terdengar lagi desas-desusnya. Apa dia meninggal? Atau dia lebih sibuk berjualan popcorn? Aku sama sekali tidak tahu.
Natasha menepuk pundakku. “Hei, lagi mikirin siapa,sih?” tanyanya. Sekarang Natasha tidak pemalu lagi seperti dulu, karena aku (hehehe). “Nggak mikirin siapa-siapa,kok. Cuma bingung, kita harus ngapain,” jawabku sambil membolak-balik majalah milik adikku. Lalu aku menemukan sebuah judul yang menarik. “Wah, ada cerita tentang Bajak Laut dari Dimensia!” seruku. “Aku sudah lama ingin mengetahui kisah mereka.” Natasha langsung duduk di dekatku. “Bacakan keras-keras, dong!” pintanya. “Baiklah.” Aku mulai membaca.

“Pada zaman dahulu kala, hidup sekelompok pemuda yang bermukim di pesisir pantai Dimensia. Pemimpin kelompok mereka adalah Kapten Andres, seorang lelaki gagah yang ringan tangan dan pemurah. Saat itu, istri Kapten Andres, Luciana, sedang sakit keras. Padahal ia sedang hamil. Kapten Andres pun pergi mencari juru rawat. Kata juru rawat yang ia temukan, ia harus berlayar menuju pulau Barteen yang sangat jauh dari pulau Dimensia. Di sana, ia akan menemukan daun mawar putih yang airnya dapat diminum. Maka, Kapten Andres beserta istri dan teman-temannya berlayar dengan kapal yang besar.
Dalam waktu tiga hari, mereka berhasil sampai di pulau Barteen. Itu karena semangat mereka yang tidak pernah luntur. Kapten Andres langsung melompat dari kapalnya dan mencabuti seluruh daun mawar putih yang ada di pulau itu, lalu merebus beberapa helai. Setelah Luciana meminum air rebusan tersebut, ia sembuh. Akan tetapi, ia malah muntah-muntah. Semua rekan Kapten Andres kebingungan.
Beberapa minggu kemudian, dalam perjalanan kembali ke pulau Dimensia, Luciana melahirkan. Anaknya adalah seorang laki-laki berambut pirang dan bermata biru laut. Ia diberi nama Arnold. Sayangnya, Luciana meninggal dunia. Kapten Andres sangat sedih. Sejak itu, ia menjadi penggerutu dan egois. Ia suka mencaci maki teman-temannya, bahkan ada seorang yang dibuang ke laut karena tidak menuruti perkataannya. Walaupun begitu, ia masih sayang pada istrinya, sehingga ia menyimpan jasad Luciana di gudangnya.
Arnold tumbuh menjadi anak yang tampan, ramah, dan pintar, persis ayahnya dulu. Namun, sang ayah tidak menyukainya. Menurutnya, Arnold adalah penyebab kematian istri tercintanya itu. Ia selalu mengomel-ngomel pada Arnold dan memperlakukannya seperti pelayan. Bahkan, Kapten Andres, ayah Arnold, pernah mengunci Arnold di kamarnya. Akhirnya, karena frustasi, Arnold kabur dari kapal ayahnya dengan kapal kecil.
Sampai sekarang, tidak ada yang tahu nasib kapal tersebut, Kapten Andres dan teman-temannya, dan Arnold. Menurut orang-orang, kisah Kapten Andres ini hanyalah legenda. Namun siapa tahu, kamu bisa menemukan Kapten Andres dan anaknya Arnold dengan mata kepalamu sendiri…,”
Aku menghela napas. Ceritanya cukup panjang. Padahal, cerita tersebut hanya berpusat kepada Kapten Andres yang galau karena ditinggal istrinya dan anak laki-lakinya Arnold. “Kapten Andres kejam, ya? Masa’ Arnold diperlakukan seperti Cinderella? Mereka kan berbeda!” komentar Natasha. “Hmmm…,” aku melihat ilustrasi yang ada di cerita tersebut. “Sepertinya wajah Kapten Andres dan Arnold agak familiar, deh…,” Aku mengerutkan dahi. “Maksudmu apa, Rose?” Natasha ikut-ikutan. "Iya juga, sih….,” Natasha ikut-ikutan mengerutkan dahi.
“Rose, ada apa sih, dengan hidupmu? Selalu saja berhubungan dengan orang-orang yang kamu idolakan! Aku jadi bingung,” tiba-tiba Natasha berseru. “Betul juga. Aneh nian hidupku! Sudahlah, aku mau tidur siang. Pusing aku memikirkan semua ini,” aku berjalan menuju kamarku dengan gontai. Natasha kembali mengikutiku.
Namun pada saat aku mau membuka pintu kamarku, tiba-tiba pintu terbuka sendiri! Di dalam pintu itu ada sebuah vortex. Aku dan Natasha tersedot ke dalam vortex tersebut. “AAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH!!!!!!” teriak kami.

Bagaimanakah nasib Rose dan Natasha? Dibawa kemanakah mereka? Siapakah Kapten Andres dan Arnold yang “familiar”? Mengapa kucing berkaki empat? (canda)
Semua ada di bagian selanjutnya! ^_^